Makalah Zaman Megalithikum - Sejarah Megalithikum
Zaman
Megalithikum
I.PENGERTIAN
Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar, periode ini ditandai dengan peninggalan kebudayaan yang terbuat dari batu-batu besar. Beberapa peninggalan megalitik menurut ahli digunakan sebagai monumen dan tempat ritual menurut kepercayaan masa itu. Dapat dipastikan bahwa pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar. Di beberapa negara bahkan terdapat peninggalan dari periode megalitik seperti Stonehenge di Inggris, termasuk Indonesia tentunya.
Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar, periode ini ditandai dengan peninggalan kebudayaan yang terbuat dari batu-batu besar. Beberapa peninggalan megalitik menurut ahli digunakan sebagai monumen dan tempat ritual menurut kepercayaan masa itu. Dapat dipastikan bahwa pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar. Di beberapa negara bahkan terdapat peninggalan dari periode megalitik seperti Stonehenge di Inggris, termasuk Indonesia tentunya.
Megalitikum sendiri berasal
dari kata bahasa Yunani, Megalitik, dimana kata megas berarti
besar, dan lithos berarti batu.
II. CIRI-CIRI
1.
Manusia sudah mampu membuat bangunan
dari batu yang besar.
2.
Mulai adanya kepercayaan animisme dan dinamisme.
III. LATAR BELAKANG
1.
Pemahaman tentang kehidupan sesudah mati
dan pemujaan roh
2.
Anggapan benda-benda atau peralatan diyakini
sebagai bekal seseorang setelah mati, sehingga dikubur bersama jenazah dalam
kubur batu
3.
Upacara kematian yang kompleks dan hubungan antara manusia
di dunia dengan leluhur yang sudah mati
IV. KEPERCAYAAN YANG DIANUT
a. Animisme
Animisme adalah kepercayaan terhadap roh yang mendiami
semua benda. Manusia
purba
percaya bahwa roh nenek moyang masih berpengaruh terhadap kehidupan di
dunia.
Mereka juga memercayai adanya roh di luar roh manusia yang dapat berbuat
jahat
dan berbuat baik. Roh-roh itu mendiami semua benda, misalnya pohon, batu,
gunung,
dsb. Agar mereka tidak diganggu roh jahat, mereka memberikan sesaji kepada
roh-roh
tersebut.
b.
Dinamisme
Dinamisme adalah kepercayaan bahwa segala
sesuatu mempunyai tenaga atau
kekuatan yang dapat memengaruhi keberhasilan atau
kegagalan usaha manusia dalam
mempertahankan hidup. Mereka percaya terhadap kekuatan
gaib dan kekuatan itu dapat menolong mereka. Kekuatan gaib itu
terdapat di dalam benda-benda seperti keris,patung, gunung, pohon besar, dll.
Untuk mendapatkan pertolongan kekuatan gaibtersebut, mereka melakukan upacara
pemberian sesaji, atau ritual lainnya.
V. PENINGGALAN
1.
Menhir
Menhir biasanya
didirikan secara tunggal atau berkelompok sejajar di atas tanah. Diperkirakan
benda prasejarah ini didirikan oleh manusia prasejarah untuk melambangkan
phallus, yakni simbol kesuburan untuk bumi.
Menhir adalah batu yang serupa dengan dolmen dan
cromlech, merupakan batuan dari periode Neolitikum yang umum ditemukan di
Perancis, Inggris, Irlandia, Spanyol dan Italia. Batu-batu ini dinamakan juga
megalith (batu besar) dikarenakan ukurannya. Mega dalam bahasa Yunani artinya
besar dan lith berarti batu. Para arkeolog mempercayai bahwa situs ini
digunakan untuk tujuan religius dan memiliki makna simbolis sebagai sarana
penyembahan arwah nenek moyang. Bangunan ini juga dapat ditemui di Indonesia,
yaitu di Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan.
2.
Punden Berundak
Punden berundak-undak adalah
bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat dan maknanya sebagai tempat pemujaan
terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
Bangunan tersebut dianggap
sebagai bangunan yang suci, dan lokasi tempat penemuannya adalah Lebak
Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di Jawa Timur.
3.
Dolmen
Dolmen merupakan meja dari batu yang bermakna sebagai
tempat meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen
dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh
binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh
batu.
Dengan demikian dolmen yang bermakna sebagai tempat
menyimpan mayat disebut dengan kuburan batu. Lokasi penemuan dolmen antara lain
Cupari Kuningan / Jawa Barat, Bondowoso / Jawa Timur, Merawan, Jember / Jatim,
Pasemah / Sumatera, dan NTT.
4.
Sarkofagus
Sarkofagus
adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknya
menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus yang
ditemukan umumnya di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa periuk,
kapak persegi, perhiasan dan benda-benda dari perunggu serta besi.
Daerah tempat
ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali Sarkofagus
memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus
dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam.
5.
Arca Batu
Arca/patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau manusia. Bentuk
binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan moyet. Sedangkan
bentuk arca manusia yang ditemukan bersifat dinamis.
Maknanya, wujudnya manusia dengan penampilan yang dinamis seperti arca
batu gajah.
Arca batu gajah adalah patung besar dengan gambaran seseorang yang sedang
menunggang binatang yang diburu. Arca tersebut ditemukan di daerah Pasemah
(Sumatera Selatan). Daerah-daerah lain sebagai tempat penemuan arca batu antara
lain Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
6.
Waruga
Waruga adalah peti kubur peninggalan budaya Minahasa pada zaman
megalitikum. Didalam peti pubur batu ini akan ditemukan berbagai macam jenis
benda antara lain berupa tulang- tulang manusia, gigi manuisa, periuk tanah
liat, benda- benda logam, pedang, tombak, manik- manik, gelang perunggu, piring
dan lain- lain. Dari jumlah gigi yang pernah ditemukan didalam waruga, diduga
peti kubur ini adalah merupakan wadah kubur untuk beberapa individu juga atau
waruga bisa juga dijadikan kubur keluarga (common tombs) atau kubur komunal.
Benda- benda periuk, perunggu, piring, manik- manik serta benda lain sengaja
disertakan sebagai bekal kubur bagi orang yang akan meninggal.
7.
Kubur Batu
Batu megalitikum ini dipercaya menjadi tepat tinggal di alam gaib.
Semakin besar kubur batu, semakin menunjukan kebesaran para bangsawan itu. Yang
pada intinya bermakna sebagai tempat menyimpan mayat.
VI. MANUSIA PENDUKUNG
Manusia pendukung dari zaman megalithikum sudah didominasi oleh Homo
Sapiens. Manusia Homo Sapiens ini antara lain berasal dari bangsa Proto Melayu,
yaitu sekitar 2000 tahun sebelum masehi, yang juga didominasi oleh Suku Nias,
Dayak, Sasak, Toraja.
VII. SOSIAL BUDAYA
Kebudayaan megalithikum
adalah kebudayaan yang menghasilkan
bangunan-bangunan dari batu besar yang muncul sejak zaman Neolithikum.
Kehidupan dalam masyarakat masa perundagian memperlihatkan rasa solidaritas
yang kuat. Peranan solidaritas ini tertanam dalam hati setiap orang sebagai warisan yang telah berlaku sejak
nenek moyang.
Adat kebiasaan dan kepercayaan merupakan pengikat yang
kuat dalam mewujudkan sifat itu. Akibatnya, kebebasan individu agak
terbatas karena adanya aturan-atauran yang apabila dilanggar akan membahayakan
masyarakat. Pada masa ini sudah ada kepemimpinan dan pemujaan kepada sesuatu
yang suci diluar diri manusia yang tidak mungkin disaingi serta berada
diluar batas kemampuan manusia.
VIII. BUDAYA MEGALITHIKUM DI INDONESIA
1.
Pasemah
merupakan wilayah dari Propinsi
Sumatera Selatan. Tinggalan megalitik Pasemah muncul dalam bentuk yang begitu
unik, patung-patung dipahat dengan begitu dinamis dan monumental, yang
mencirikan kebebasan sang seniman dalam memahat.
2.
Nias.
Etnik Nias masih menerapkan
beberapa elemen megalitik dalam kehidupannya. Contohnya Rangkaian kegiatan
mendirikan batu besar (dolmen) untuk memperingati kematian seorang penting di
Nias.
3.
Sumba.
Etnik Sumba di Nusa Tenggara
Timur juga masih kental menerapkan beberapa elemen megalitik dalam kegiatan
sehari-hari. Kubur batu masih ditemukan di sejumlah perkampungan. Meja batu
juga dipakai sebagai tempat pertemuan adat.
IX.
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Pada
bidang teknologi, di samping berusaha menciptakan perkakas untuk keperluan
sehari-hari, kemudian mengalami kemajuan dengan mulai diciptakannya benda-benda
yangbernilai estitika dan ekonomis.
Pada
teknologi pembuatan gerabah misalnya, ternyata di samping membuat untuk
keperluan sehari-hari, mulai dilakukan juga pembuatan gerabah yang bernilai
seni dan ekonomis.
Keragaman
bentuk dan motif hias gerabah Indonesia ini kemudian memunculkan beberapa
kompleks pembuatan gerabah yang sangat menonjol, antara lain kompleks gerabah
Buni, (Bekasi), komplek gerabah Gilimanuk (Bali), dan kompleks gerabah
Kalumpang (Sulawesi Selatan).
X. PENYEBARAN KEBUDAYAAN MEGALITHIKUM DI INDONESIA
Menurut Von Heine
Geldern, kebudayaan Megalithikum menyebar ke Indonesia melalui 2 gelombang
yaitu :
a. Megalith
Tua menyebar ke Indonesia pada
zaman Neolithikum (2500-1500 SM) dibawa
oleh pendukung Kebudayaan Kapak
Persegi (Proto Melayu). Contoh bangunan Megalithikum adalah menhir, punden
berundak-undak, Arca-arca.
Ciri-ciri : Peninggalannya bersifat monumental (bersifat menimbulkan kesan Peringatan
pada sesuatu yang agung)
b.Megalith
Muda menyebar keIndonesia pada zaman perunggu(1000-100 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson(Deutro
Melayu). Contoh bangunan megalithnya adalah peti kubur batu, dolmen, waruga,
Sarkofagus dan arca-arca dinamis.
Daftar Pustaka
Hapsari, Ratna dan M. Adil. 2013. Sejarah
Indonesia untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta. Penerbit: Erlangga.
http://serbasejarah.blogspot.com/2012/08/zaman-megalithikum-di-indonesia.html
http://handikap60.blogspot.com/2013/02/pengertian-animisme-dinamisme-dan.html
http://ikisworld.blogspot.com/2012/02/peninggalan-zaman-megalitikum.html
sejarah memamng penuh keajaiban
BalasHapusTanks kak
BalasHapusSaya dari hidayathandoko.blogspot.com
Sangat membantu kak😁
BalasHapus