SEPELE KOK
Banyak kejadian
dalam hidupku, hidupmu, dan hidup mereka yang mungkin tak selamanya sesuai
dengan harapan. Seperti beberapa waktu terakhir… Tadi pagi sekitar jam 10-12
siang aku bener-bener pengen nangis. Ciaaaa tumben aku bisa-bisanya hampir bisa
nangis. Tapi cuma sepele kok yang nggak sesuai harapanku, ya sepele~ sepele. *mulai
berkaca-kaca lagi*
Oke tapi lihat
aja, beberapa hari lagi pasti akan baik-baik saja. Karena kemarin aku baru aja
baca tulisan gini (aku edit dikit) : being happy doesn't mean that
everything is perfect. it mean that I've decided to look beyond imperfections
Dan kebetulan
kemarin juga aku nggak sengaja pas cari-cari gambar motivasi malah nemu artikel
bagus, ya bisa dibilang memotivasi aku biar bisa sedikit lebih lega.
Sumber :
http://annahalnet.blogdetik.com/2010/02/25/perlukah-kita-membawa-bawa-dendam/
Dendam nyaris
selalu disertai sakit hati. Dan itu sering menjadi dasar untuk melakukan sebuah
pembalasan. Saat orang lain melakukan sesuatu yang tidak kita sukai, tiba-tiba
saja kita merasa mendapatkan ijin khusus dari Tuhan untuk melakukan pembalasan.
Bahkan, tidak jarang kita memberikan `bonus’ nya sekalian. Jika anda menampar
saya perlahan, maka sebagai bonusnya, tamparan balasan dari saya bisa sangat
keras sekali. Kalau perlu, hingga membuat anda pingsan. Jika hari ini saya
belum bisa membalas anda, maka semuanya itu akan berubah menjadi utang yang
wajib untuk dibayarkan kepada anda dimasa depan. Jika tangan saya sendiri tidak
mampu melakukannya, maka saya mengutus orang lain untuk mewakili terlunasinya
utang-utang itu. Berikut bunganya sekalian. Bukan begitukah kita mendefinisikan
sebuah dendam?
Secara garis
besar, ada tiga komponen yang menghidupi dendam, yaitu: perbuatan orang lain
kepada kita, rasa sakit hati, dan pembalasan. Mari kita tahas, satu demi satu.
Pertama, perbuatan orang lain kepada kita. Dalam banyak situasi, kita tidak
bisa mengendalikan perbuatan orang lain. Kita sama sekali tidak memiliki hak
untuk menyuruh atau melarang orang lain untuk melakukan atau menghindari sebuah
perbuatan. Paling banter, anda hanya bisa menghimbau. Misalnya dengan
mengatakan; “Maaf Mas, kalau mau merokok jangan diruangan ber-AC seperti ini
dong….” Apakah orang itu akan berhenti, atau pindah ketempat terbuka, atau
memasabodohkan perkataan anda; itu diluar kuasa anda.
Bahkan, sekalipun
anda seorang atasan; anda hanya bisa mengatakan; “Optimalkan jam kerjamu.” Atau
“Lakukan kegiatan ekstra untuk perusahaan.” Atau “Jangan terlambat masuk
kerja.” Anda bisa melakukannya sebatas itu. Sekalipun anda melakukan semuanya
itu atas kewenangan anda dan demi kebaikan organisasi dan diri mereka sendiri,
tetapi dimata mereka anda tidak lebih dari seorang atasan yang bawel. Anda tak
perlu heran. Sebab, anda sama sekali tidak bisa mengontrol tindakan atau
perbuatan orang lain. Dengan kata lain; anda sama sekali tidak memiliki kuasa
untuk mempengaruhi ‘will’ seseorang. Mengapa? Karena, ‘kehendak’ adalah hak
setiap manusia. Dan seperti yang kita tahu; ada orang yang mampu mengarahkan
kehendaknya kepada hal-hal postif dan produktif, dan ada pula yang sebaliknya.
Kedua, rasa
sakit hati. Mungkin anda bisa mengatakan ’sakit sekali hati ini’. Namun,
bisakah anda menemukan dimanakah letaknya rasa sakit hati itu? Dibawa
kerumahsakit pun tidak akan membantu anda menemukan letak rasa sakit itu.
Mengapa? Karena sakit hati adanya diawang-awang. Yang bisa menjangkaunya
hanyalah perasaan. Liver kita sehat walafiat. Tetapi, mengapa kita merasakan
sakit begitu rupa? Karena kita membiarkan perasaan merengkuh rasa sakit itu.
Dan membawanya masuk kedalam hati kita. Seandainya kita tidak mengijinkan
perasaan menggapainya, maka kita tidak akan merasakannya.
Oleh karena itu,
sakit hati sama sekali tidak berhubungan dengan tindakan orang lain; melainkan
dengan diri kita sendiri. Jika kita tidak menginginkan rasa sakit hati itu,
maka tindakan apapun yang dilakukan oleh orang lain tidak akan berhasil
menjadikan kita sakit hati. Ada orang yang menghina anda sebegitu rupa; namun,
anda tidak mengijinkan perasaan membawa sakit hati. Maka anda akan tenang-
tenang saja. Ada orang yang menggosipkan tentang kekurangan- kekurangan anda.
Dan tentu saja, gosip baru enak kalau ditambah dengan bumbu-bumbu, bukan?
Sehingga, dilingkungan anda terbentuk opini yang sedemikian buruknya tentang
anda. Anda sakit hati? Tidak, jika anda tidak mengijinkan sang perasaan
melakukannya. Sekalipun tidak semua yang mereka katakan tentang anda itu benar.
Artinya, ada bumbu tambahan yang dilebih-lebihkan. Jika anda benar-benar tidak
seperti yang mereka katakan; maka itu tidak akan terlalu berpengaruh kepada baik
atau buruknya diri anda. So what?
Ketiga,
pembalasan. Anda boleh melakukan pembalasan dengan 3 syarat; kalau anda lebih
kuat, kalau ingin membuat dendam baru, dan kalau anda kurang kerjaan. Kalau
mereka lebih kuat dari anda, dan anda ngotot untuk melakukan pembalasan itu
berarti anda bunuh diri. Jadi, melakukan pembalasan kepada pihak yang lebih
kuat itu sama sekali bukanlah tindakan yang cerdas. Jika anda benar-benar
cerdas, lebih baik lupakan saja itu yang namanya balas dendam. Buang jauh-jauh
sifat dendam, dan anda akan hidup dengan tentram.
Mungkin anda
bisa membalas dendam. Sehingga ketika dendam itu terbalaskan, hati anda sembuh
dari sakit. Hey, harap diingat; pembalasan anda bisa menumbuhkan dendam lain
dihati mereka. Kemudian mereka membalas lagi kepada anda, lalu anda kembali
membalasnya. Maka jadilah dendam itu berputar-putar sampai tidak tahu kapan
saatnya untuk berhenti. Sehingga, anak keturunan kita harus ikut menanggung
dendam yang sama; meskipun mereka tidak tahu menahu apa penyebabnya. Maukah
anda mengorbankan anak cucu untuk sebuah dendam yang anda buat dengan orang
lain? Tidak. Baguslah itu. Jadi, mari kita lupakan dendam kesumat itu. Cukup
sampai disitu saja.
Lagipula, anda
bukanlah orang yang kekurangan pekerjaan. Ada seribu satu hal penting yang
membutuhkan curahan perhatian kita. Dengan melakukan semuanya itu, hidup kita
menjadi lebih berarti. Jika kita membuang-buang waktu, tenaga, dan perhatian
hanya untuk mengurusi dendam; maka semua hal positif yang menanti kita untuk
bertindak akan terbengkalai begitu rupa. Sehingga, hidup kita menjadi kurang
bermakna. Jadi, bisakah kita mengatakan kepada diri kita sendiri bahwa; ‘kita
tidak memiliki waktu untuk membalas dendam’. Oleh karena itu, setiap perbuatan
buruk orang lain kepada kita, tidak perlu dibalas dengan perbuatan buruk yang
sama. Dengan begitu, selain kita bisa menjadi manusia yang pemaaf; kita akan
terbebas dari sesuatu yang kita sebut sebagai ’sakit hati’ itu. Kita juga bisa
melakukan banyak hal lain yang lebih berguna dalam hidup ini. Jadi, perlukan
membawa-bawa dendam ini disepanjang hidup kita?
oke banget! setuju deh sama yang ini! so we can wake up from "that" :DDD
BalasHapusiya moving on yaaa, moveon nggk cuma buat cinta2an yg ini jugakk :P
BalasHapusihihihi, kalo masalah cinta sampe kayak gitu parah! kayak yang di ftv ftv !! :3
BalasHapuswah kalo cinta2an bahaya!
BalasHapustapi yang penting prakteknya, lebih sulit! --"