tepung rasa ikann #2

 



Berapa definisi lama buat kamu?

Kalo buat aku?

Aku rasa.... di atas 10 tahun

Karena sebelum 10 tahun, bahkan rasa ini belum mengering

 

Ini bukan tentang luka, rasa yang tak tersampaikan, suka yang tak berbalas, kehilangan, cita-cita yang tak sampai, perpisahan, takut, atau kesedihan

 

Ini tentang... mengambil makna

Seperti jemuran basah yang selesai di cuci, masih basah lalu diletakkan di bawah sinar matahari, lalu saat sudah kering, baru bisa diambil lagi. Belum selesai sampai situ. Selanjutnya di setrika, bisa disimpan di lemari atau langsung dipakai untuk menuju suatu tempat

 

Panjang ya.... mmm aku rasa kita bahkan belum sepakat apa itu definisi lama, dan sekarang ditambah apa itu definisi tulisan yang panjang... hehe

 

Judulnya tepung rasa ikan

Karena tepung bisa jadi banyak rasa kalo di campur dan diolah dengan baik dengan bahan lainnya. Salah satunya dengan ikan. Jadinya rasa ikan, sebut saja pempek

Hehehe

 

Sebenernya aku ingin cerita tentang z, panggil aja zet. Hehehe

Aku suka huruf z dan angka 9 dan semua yang terkait dengan itu. Karena sesuatu hal aku jadi suka. Salah satu faktor besarnya karena di nama lengkapku terdiri dari huruf z sama kayak dia, dan aku beberapa kali punya nomor presensi 9, di bawahnya dia. Iya dia sebut saja zet aja.

 

Zet adalah orang pertama, atau kedua? ...orang awal yang aku suka. Waktu itu aku masih SD. Kelas 1.

Gila banget ya, kayaknya aku kebanyakan nonton sinetron dan film india

Tau juga deh

Pokoknya dari SD kelas 1, sejauh yang aku inget, aku udah suka sama zet

Zet emang punya fisik yang menarik, kulitnya sawo matang cerah, tubuhnya tegap, pokoknya ganteng aja di mata anak kelas 1 SD sampe kelas 6 SD

 

Tapi waktu itu narasi hidupku nggak melulu tentang Zet, itu cuma ada di malam malam yang sendu, di kala nonton film romansa yang menye-menye

 

Nah, sampe 10 tahun kemudian, aku masih suka sama z, iya sampe usiaku 16 tahun

Aku masih banyak menangis tersedu-sedu ketika tahu kalo Zet punya temen deket wanita, sebut saja pacar. Aku mungkin nggak pernah tau, dan nggak akan pernah tanya bener apa enggak kalo pacar pertama Zet namanya Dea. Sama kayaknya namaku, kurang huruf h aja. Aku Dhea. Hehehe

Rasanya waktu itu menyesakkan, diantara jutaan nama yang ada di muka bumi, harus punya nama yang sama kayak aku. Tapi bukan aku

 

Lalu pacar selanjutnya Zet aku masih kepoin di Facebooknya. Dan begitulah selajutnya sampe setiap 3 tahun aku selalu berdoa kita ada di sekolah yang sama lagi kayak  SD, ada lagi di kelas yang sama

Tapi aku rasa doa ku nggak pernah terwujud. Lalu aku bertanya sama diri sendiri... apa aku benar-benar berdoa atau hanya...berkhayal

 

Hehehe

Tapi setelah 10 tahun, dengan banyak nya kegiatan anak remaja aku mulai lupa. Nggak ada lagi nangis tersedu-sedu, impian, andai-andai-an, atau sesak di dada

 

Yang ada hanya sesuatu yang semakin lama semakin mengering, aku rasa waktu menyembuhkan, atau melupakan?

 

Aku, seumur hidupku, belum pernah sesuka itu sama pria. Manapun. Aku pernah suka beberapa hari, lalu lupa. Pernah kagum beberapa minggu, lalu lupa. Pernah komunikasi beberapa kali, lalu hilang. Aku rasa, itu definisi cinta pertama? Ada ruang di relung hati yang tidak pernah terganti, hanya sekali, dan rasanya luar biasa sekali.  Menyenangkan sekaligus menyedihkan. Melegakan sekaligus menyesakkan. Menggelikan sekaligus mengharukan. Mengagumkan sekaligus memalukan. Pilu sekaligus rindu.

 

Aku rasa itu adalah pakaian kering yang siap dipakai kemanapun. Makna yang berarti dan menggemaskan.

 

Aku, pernah marah sama semesta. Diantara ribuan hari yang aku lewati. Jarak rumah kami mungkin hanya dua kilometer. Tapi aku dan Zet sama sekali tak pernah berpapasan. Bertemu tanpa sengaja. Melihat dari kejauhan. Ah, aku bahkan nggak meminta untuk saling sapa.

 

Waktu itu aku udah bersiap mengetik hal paling menggelikan, kemarahanku pada semesta kenapa kebetulan tidak pernah terjadi antara aku dan Zet.

 

Tapi aku laper, pengen makan.

 

Akhirnya aku memutuskan buat beli jajan, pempek ala ala yang harganya Rp1500 an. Di deket rumah. Jaraknya juga hanya 2 kilometer dari rumah.

Aku beberapa waktu sekali emang suka jajan pempek. Tapi aku rasa lebih tepat disebut tepung, wuehehe tepung rasa ikan.

 

Aku udah sampe gerobak ibuk jualannya. Di depan kecamatan, berjajar 3 gerobak. Roti bakar, pempek, dan ronde. Pempek nya di tengah

Lalu aku pesen

 

Aku nggak inget selang berapa lama, tapi kayaknya nggak ada satu menit.... ADA ZET!!!!!!! Astaga, itu Zet beneran! Aku cuma liat 2,5 detik mukanya dari samping. Kita deket banget. Cuma 1 meter kali ya jaraknya! Ah 80 cm deh! Ada Zet di depanku. Tapi aku nggak bisa lebih dari 2,5 detik natap wajah sampingnya. Aku takut. Terlalu takut. Aku pake masker waktu itu. Pake baju rumah yang acak adul. Akhirnya tanpa memastikan lagi itu Zet beneran apa cuma halusinasiku karena lagi marah sama semesta karena kebetulan nggak pernah terjadi sama aku. Nah pria itu juga beli pempek. Aku udah liat ke samping kanan ke samping kiri ke bawah. Aku liat wajan pempek, liat roti yang lagi di bakar, liat ronde di toples, dan aku liat tangan pria itu karena posisiku duduk dan dia berdiri. Selama tiga menit nunggu pempek ku di goreng aku nggak berani liat wajahnya karena aku ngerasa yakin 98% itu Zet. Tapi, aku rasa... kalo itu Zet apa dia juga nggak liat aku yang satu meter di depannya, apa aku se pangling itu, apa hampir 6 tahun ketemu setiap hari udah bener bener lupa sama mukaku. Mungkin iya. Ato mungkin bener itu Zet, dia mengenali aku, tapi memutuskan buat diem aja juga.

 

Aku nggak tau. Nggak akan pernah tau. Dan nggak akan pernah berusaha cari tau. Setidaknya dalam waktu dekat ini. 10 tahun ini? Mungkin iya

 

Karena nggak mungkin waktu itu ketika sampe rumah aku chat Zet “Eh Zet, tadi sekitar jam tujuh an malem kamu beli pempek di deket kecamatan?” karena aku nggak punya nomornya.

Dia nggak follow aku di instagram, jadi kalo aku DM Zet bakal masuk di bagian permintaan pesan, dan aku rasa nggak bakal dibaca.

Aku rasa Zet emang pernah sadar aku kalo aku suka sama dia, tapi Zet nggak peduli, nggak pernah mau tau lagi kelanjutnnya. Atau? Selama ini Zet emang nggak tau kalo aku suka sama dia.

 

Hehehe

Katanya waktu juga bakal memberi jawaban

Tapi ini udah 17 tahun kemudian

...

Jadi aku rasa 17 tahun juga belum mengering

Masih basah

Masih membutuhkan banyak sinar matahari untuk kering dan diangkat jemurannya

 

Mungkin, ada masa-masa aku udah bener bener lupa dan nggak peduli

Tapi ada malam-malam dan hari hari yang tersisa hanyalah tanya.

Tanya yang tak pernah tersampaikan dan tak memiliki jawaban

Dan itu gapapa

 

Kalo ada seseorang yang menulis buku berjudul “Ada yang selalu di hati tapi tak bisa dinikahi”

Aku rasa itu pas

Tapi setelah 17 tahun asa itu benar benar sirna

Aku jadi seseorang yang lebih berfokus pada fakta dan nyata

Karena nyatanya, bahkan semesta tak pernah mempertemukan kami

Jarak dua kilometer terasa sangat jauh

Tak bisa dijangkau dengan passport, visa, atau pesawat tempur tercepat

 

Ada jarak yang lebih panjang dari tembok cina, ada jarak yang lebih tinggi dari burj kalifa, ada batasan yang lebih jelas dari yang bernyawa dan mati

Bahkan, setelah 17 tahun ruang itu masih ada

Tapi tak pernah mendapat “Iya aku juga”

 

Aku rasa ruang itu akan selalu ada dan tidak akan mengering

Akan jadi ruang yang selalu lembab

Mungkin akan jadi ruang yang sejuk pada waktunya

 

Hehehehe semua itu hanya fiktif belaka aku rasa

Soalnya setelah aku membuka profil instagramnya, semua rasanya lenyap seketika dengan kata “oh ya emang nggak mungkin. Biasa aja juga. Udah beda banget.”

 

Mungkin yang masih ada di ingatanku selama 17 tahun ini masihlah bentuk dirinya yang lampau, diriku yang lampau juga. Yang udah berproses dan betumbuh.

 

Aku rasa kalo semesta mempermukan, akan jadi permuan paling aneh yang pernah kualami. Yang kukenal, hanyalah seseorang yang aku proyeksikan sendiri. Aku nggak pernah ketemu, ngobrol, bercerita, saling tolong. Kita nggak pernah ketemu di satu ruangan lagi setelah 2010. Jadi siapa yang ada di ruang hatiku juga bukan Zet yang sekarang. Yang ada di ruang hatiku adalah Zet yang aku gambarkan sendiri, aku imajikan sendiri, aku proyeksikan sendiri, dan nggak ada di dunia nyata.

 

Jadi aku rasa, mungkin aku bisa ketemu Zet yang aku kenal di ruang hatiku di lain waktu. Di kehidupan selanjutnya? Entahlah, tapi aku rasa semesta sudah memberi jarak dan batasan yang terbaik. Karena aku pasti nggak bisa menghadapinya. Nggak akan pernah bisa...

 

Semesta udah ngasih alur paling tepat buat aku dan Zet. Aku dan Zet yang sekarang, yang udah 23 tahun nggak akan pernah sama dengan aku dan Zet waktu kita usia 7 tahun, 10 tahun, 12 tahun.  Zet sekarang adalah seseorang yang tidak pernah aku tahu dan kenal, Zet sekarang adalah seseorang dengan dimensi lain yang nggak pernah bisa aku hadapi. Karena emang udah beda.

 

Tapi aku rasa kalo besok aku denger Zet punya seorang wanita yang halal di hatinya dan hidupnya. Aku pasti nangis, aku pasti nggak diundang, aku pasti merasa sesak. Dan, pasti mengering.

Oh tidak.

Iya. Siapapun wanitanya, semesta tidak akan pernah memberi kesempatan itu buat aku. Walo hanya sedetik.

Never

 

Aku rasa itu adalah skenario terbaik yang Zet pilih dan semesta restui.

 

Akhirnya aku akan kembali lagi ke sini dengan rasa rasa baru. Atau rasa rasa yang masih sama. Terulang. Aku nggak tau.

 

Tapi seseorang bilang, aku nggak perlu tau jawabannya sekarang. Karena...nanti on the day of judgedment aku bisa tanya sama Sang Pencipta, apakah Zet pernah, walau hanya sedetik, memikirkanku di sini waktu aku mikir Zet juga.

Walo jawabannya sama dengan perkiraanku, tapi aku akan merasa lebih damai karena Sang Pencipta yang Maha Membolak Balikkan hati.

 

Sampe ketemu lagi Zet, di waktu yang lebih lega.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Drama Bahasa Inggris untuk 4 Orang dan Terjemahannya

Pidato Pelepasan Jabatan Ketua Osis -I'm done