Kenapa Nggak Teladan Dahulu? INI OPINIKU, INGAT OPINI! :)
NEM
ku 37.20 dan aku tercantum di Kartu Keluarga Kota Yogyakarta
Rencanaku
pilihan pertama Padmanaba, pilihan kedua Teladan, Pilihan Ketiga Smada.
Yang
mendukungku pilihan pertama Teladan dahulu buuaaanyaaakkk, mulai dari orang
tua, beberapa saudara, guru, kakak kelas, sampai temen. Dan yang ikhlas
mendukung aku untuk pilihan pertama Padmanaba dahulu cuma bisa dihitung jari,
yaitu simbahku(ini kakaknya simbah kandungku), 2 guruku yaitu Pak Darman sama
Pak Taufiq, Mbak Ella dan Mas Luqman(kakak kelasku yang nerusin ke sana), kepala
SDN Kaweden tempat ibukku ngajar, Mas Nana, Mas Adi, dan Adik Kelasku ada satu
dua orang lah.
Jujur,
dengan NEM mepet mengkhawatirkan kayak gitu emang resiko banget kalo salah
milih pilihan dan bisa akhirnya berakhir di SMA yang nggak diharapkan
sebelumnya.
Tahun
ini kalau aku memahami tata cara PPDB di Web Padmanaba dan dari info beberapa
temen, pilihan daftar sekolah di Kota boleh 3 sekolah Negeri semua.
Alhamdullilah semoga itu bener, karena akan lebih menguntungkan buat aku. Dan
rencanaku bisa terlaksana.
Terus
kenapa aku nggak milih Teladan dulu? Pertama, dulu sebelum aku tahu banyak
tentang sekolah-sekolah menengah atas (SMA) di Kota yang aku tahu sebagai
sekolah keren mantap joss yang bisa aku jangkau ya cuma Teladan kalau nggak
Smada. Aku pengen banget nget nget ngett jadi siswa Teladan, ya ter-ob-se-si
ben-jet gitu lah, dan kebanyakan yang ada di SMP ku kalau ditanya mau nerus
kemana juga jawabnya Teladan. EXCITING BENJET kan, kalau aku diterima di
Teladan aku akan punya temen-temen yang baik kayak di SMP lagi! Sampe waktu aku
masih kelas 8 nan itu aku masih nulis-nulis tentang doa dan harapan pengen
masuk Teladan, terus kalau ketemu kakak kelas yang udah jadi siswa Teladan udah
minta doa gitu, udah post picture di twitter “Teladan aku datang!”, ya sangat
sangat gitu lah. Tapi makin ke sini aku makin tau, denger cerita-cerita juga
ternyata ada SMA yang juga wow jos gandos yaitu Padmanaba, dan lulusan di
sekolahku jarang banget yang masuk sana, tahun 2011 hanya 1 anak, tahun 2012
juga hanya 1 anak, dan orang-orang di daerahku nggak begitu pro sama Padmanaba
karena dianggap sebagai sekolah “orang-orang kaya”. Tapi di situlah aku malah
jadi penasaran sama Padmanaba. Terlebih waktu simbahku(ini kakaknya simbah
kandungku) dan Mas Adi(sepupuku) nyuruh ke Padmanaba aja. Kelas 9 awal-awal aku lupa kapan waktunya, tepat
di depan ruang guru waktu ada Mbak Ella (satu-satunya lulusan tahun 2012 yang
ke Padmanaba) lagi promo event, aku bilang kalau aku pengen ke Padmanaba. Itu
“Ikrar Resmiku”, hehe. Dan semenjak itu aku udah pengen ke Padmanaba, kalau
ditanya orang jawabnya Padmanaba, terus bio di jejaring sosial dan blog udah
aku ganti, foto-foto juga udah aku perbarui dengan label Padmanaba. Yang lebih
lagi, walaupun secara nggak langsung, waktu aku main ke SD, guru Agama Islamku
yaitu Pak Hamtoyo, dulu waktu aku masih SD beliau selalu cerita tentang Teladan
sama aku dan temen-temenku karena anaknya di Teladan, dan waktu aku main itu
Pak Hamtoyo bilang yang intinya nanyain pasti nggak ada yang mau ke SMAN3YK ya,
dan disitu senyumku makin lebar, terus bilang kalau aku pengen ke sana. Nah,
dengan semua hal-hal itu, dengan kenyataan NEM ku yang mepet terus aku milih
Teladan sebagai pilihan pertama akan membuat aku lebih terlihat sebagai orang
yang plin-plan dan nggak punya pendirian. Ya awalnya Teladan dengan segala
ob-se-si nya, terus aku ganti Padmanaba dengan semangat membara, itu kan udah
cukup plin-plan, masak aku harus balik ke Teladan lagi, haaaaa betapa plin-plan
nya aku. Aku akan lebih terlihat “swallowing my pride” dong. Hatiku pun
sekarang udah mantep ke Padmanaba.
Kedua,
kalau dari tahun lalu lihat nilai hasil penerimaan kuota dalam kota Teladan
sama Padmanaba, hasilnya tinggian Padmanaba. Teladan terendah 37.95, sedangkan
Padmanaba 38.35, selisih 0.4 :) peluang ku jadi siswa Teladan memang lebih
besar, sekali lagi ini peluang ya, hanya peluang, karena aku juga belum tau
gimana keadaan besok waktu pendaftaran. Tapi kembali lagi pada alasan pertama.
Dan kalau hasil penerimaan tahun kemarin sama tahun ini sama, misal pilihan
pertamaku Teladan, pilihan kedua Padmanaba. Dan misalnya (naudzubilahiminzalik)
aku di pilihan pertama nggak ketrima, apalagi di pilihan kedua, jadinya pasti
aku langsung mental pilihan ketiga. Tapi kalau pilihan pertama Padmanaba,
pilihan kedua Teladan, dan misalnya (naudzubilahiminzalik) pilihan pertama aku
nggak kertima ada besar kemungkinan aku berhenti di pilihan kedua. HAAA tapi
ingat ini semua masih spekulasi, astaga.
Dan
alasan yang ketiga, ini menyangkut yang udah aku post sebelumnya. Kalau pilihan
pertamaku Teladan, lalu pilihan kedua Smada (ini kayak yang diusulin banyak
orang) lalu aku ketrima di Teladan dan jadi 1 sekolah atau bahkan 1 kelas
dengan orang-orang di kisah
#baladaUN2013, jujur it hurts my pride. Jujur ya, beneran deh. Ya
walaupun aku yakin itu hanya awal-awalnya, karena nggak mungkin selama 3 tahun
aku akan ngerasa kayak gitu. Dan kalaupun emang bener-bener mereka lebih layak
lalu aku satu sekolah sama mereka, aku nggak akan tinggal diam dengan terus
menerima rasa sakit yang nggak bermanfaat itu. Wkwk aku lebay, emang.
Lalu
alasan yang ke empat, kalau aku diterima di Padmanaba aku pengen membuktikan
sebenernya bener sepenuhnya apa enggak hal-hal yang seharusnya nggak diumbar
tentang Padmabana, tentang siswa di sana semua orang kaya, pondasi Agama Islam
yang nggak sekuat Teladan, dan lain-lain itu. Kalau nggak bener, selama 3 tahun
sekolah di sana aku akan cerita banyak sama orang-orang di luar yang udah salah
presepsi, dan cerita gimana yang sebenernya. Lalu kalau kabar itu emang bener,
aku masih punya kesempatan untuk jadi diri sendiri dan kalau bisa aku harus
bisa membawa pengaruh baik bagi orang-orang disekitarku. Gitu :D Aku juga
pengen menghilangkan rasa penasaranku tentang pertanyaan-pertanyaan yang selama
ini aku nggak tau jawaban yang pasti bener tentang Padmanaba. Menurutku, setiap
sekolah itu punya kekurangan, weak spot itu hal wajib yang pasti ada di dunia ini. Kayak dulu sebelum aku jadi siswi
Negsago, aku bayangin tu kalau Negsago itu sempurna dengan penuh hal-hal indah
yang akan aku dapet, ternyata pas udah jadi siswi Negsago selama 3 tahun,
ternyata ada yang… ya gitu-gitu lah nggak seindah yang aku bayangin sebelumnya.
Lalu Teladan yang selama ini menurutku terkesan “diagung-agungkan” di daerahku
di desa pinggiran, ternyata juga ada kabar yang nggak baik kok, aku pernah
denger kalau Teladan itu peraturannya repot blablabla, lalu sekolahnya tu hanya
ditekankan ke belajar-belajar teroosss, ada kakak kelasku dan kakaknya temenku
yang jadi siswa Teladan dulu awal-awal tiap pulang sekolah nangis, dan temenku
pernah cerita waktu dia ikut try out di kota, nggak sengaja denger obrolan anak
kota yang sama-sama ikut try out kalau Teladan itu di “Ihhh…”-in, dan lain-lain.
Ya aku juga nggak tau itu bener apa enggak. Makanya, mungkin semakin besar,
semakin baik, dan semakin terkenal seseorang/sesuatu itu secara otomatis akan
makin banyak pula yang nggak suka, makin banyak hal-hal sepele yang di
seseorang/sesuatu yang nggak terlalu besar/baik/terkenal nggak begitu
dipermasalahkan, akan dipermasalahkan dengan tujuan menjatuhkan. Ya… inilah
kehidupan.
Alasan
ke lima adalah aku nggak mau mengecewakan orang-orang walaupun cuma bisa dihitung
jari yang sudah mendukungku selama ini. Walaupun nanti (naudzubilahiminzalik)
aku nggak diterima di Padmanaba, seengaknya aku udah nunjukkin ke mereka kalau
aku udah berusaha daftar ke Padmanaba. Aku nggak mau selama ini Mbak Ella yang
udah baik banget sama aku kayak malaikat udah dukung dan nyemangati semua orang
termasuk aku akan menjadi sia-sia kalau pilihan pertamaku Teladan.
Alasan
ke enam adalah alasan yang paling nggak penting, hoho. Kalau aku diterima jadi
siswi Padmanaba dan aku ditanya sama orang yang udah tau Padmanaba dan Teladan
dengan baik pasti akan terasa nendang, wow wow mantaps gitu lah saat aku jawab:
“Sekolah di SMAN3Jogja Padmanaba”. Kayak aku dulu waktu denger Mas Lukman sama
Mbak Ella jadi siswa Padmanaba waaa terkesan keren bennjjjeeeettttttttttt.
#plaaaakk tampar aku! :p
Dan
intinya alasan kenapa nggak Teladan dahulu dan berharap aku diterima di
Padmanaba (AMINAMIN) adalah aku nggak mau swallowing my pride, hatiku udah
mantep Padmanaba, aku nggak mau langsung ngerasain sesuatu yang it hurts my
pride, aku pengen membuktikan dan menyelesaikan rasa penasaranku, dan aku nggak
mau mengecewakan minoritas orang yang sudah mendukungku. Makasih…
Tapi,
kalau pada akhirnya aku berakhir di pilihan ketiga, juga gapapa kok. Aku yakin,
seperti yang dibilang Mis Novi dan Om ku, aku bisa jadi yang terbaik di sana.
Aku bisa punya kemungkinan lebih besar untuk eksis, dan jadi lulusan yang
terbaik.
Gapapa,
aku WAJIB ikhlas.
Gapapa,
aku WAJIB ikhlas.
Gapapa,
aku WAJIB ikhlas.
Gapapa,
aku WAJIB ikhlas.
Gapapa,
aku WAJIB ikhlas.
Gapapa,
aku WAJIB ikhlas.
Gapapa,
aku WAJIB ikhlas.
Gapapa,
aku WAJIB ikhlas.
Gapapa,
aku WAJIB ikhlas.
Setidaknya
aku harus berusaha dahulu, nggak boleh nyerah, nggak boleh pesimis, nggak boleh
dengerin kata-kata nggak bermanfaat dari orang yang belum tentu kehidupannya
lebih baik dari aku, aku nggak boleh dengerin ejekan dari orang-orang yang
belum tentu kehidupannya penuh dengan kebijaksanaan sebagai manusia yang
sholeh/sholehah, dan aku nggak boleh dengerin hal-hal buruk yang akan
menggoyahkanku. Aku mengimani semua karena Allah swt, takdir Allah setelah aku
berusaha pasti adalah takdir yang paling indah untuk aku.
Ini
ni wallpaper laptopku saat ini:
bila hati kau senang di situ, jalanilah...
BalasHapussemua seklah sama saja kurikulimnya tinggal bagaimananya kau disananya nnti :D
fight to masuk SMA pilihan kau....
Iyaaa aminamin :)) Terimakasih ...
BalasHapus