"Lisan kita terlalu mulia.."


Diambil langsung tanpa sedikitpun perubahan dari :
http://secangkirmakna.blogspot.com/2010/07/lisan-kita-terlalu-mulia.html
Semoga bisa menjadi inspirasi, terimakasih
Untuk lebih banyak tulisan menyentuh hati, surving langsung ke http://secangkirmakna.blogspot.com


Ribut media massa tentang video mesum
Diulang-ulang
Terus-menerus
Sepertinya mereka butuh waktu untuk membuat seluruh lini masyarakat tahu
Dari kota hingga pelosok desa
Dari mbah-mbah, engkong-engkong, datuk-datuk, oma-oma
Sampai bayi-bayi yang baru lahir
Dari anak direktur, anak mentri, anak preman,anak gaul, anak alay,
anak udik, anak melayan, anak kolong jembatan, anak perpus, sampai anak mushola
Entah sampai lini mana..
Entah apa target mereka..
Hmm, Mungkin mereka menarget wilayah jajahan
Jajahahannya otak manusia
80% untuk sampah, 20% untuk ilmu
Bisa lebih atau kurang sedikit
Sudahlah,
Mata kita terlalu mulia untuk terbuai oleh berita-berita sampah itu
Telinga kita terlalu mulia untuk mendengarnya apalagi mendengarkannya
Lisan kita terlalu mulia untuk membicarakannya atau meributkannya

Sudah, diam saja
Tutup saja kotak ajaib itu
Polusi itu sudah cukup membuat bangsa ini gampang dibantai
Dibantai pola pikirnya
Agar buta dengan kebenaran
Agar hidup serba abu-abu
Ga jelas mana yang bener dan yang salah
Yang nasibnya paling malang adalah anak-anak
Ah berlian-berlian itu calon pewaris peradaban
Sedangkan desa paling miskin pun pasti punya televisi, kotak polusi pikiran
Hari ini aku terbayang mata-mata jernih milik anak-anak desa
Hidup tanpa beban, bebas, sekitarnya hanya ada sawah dan pantai..
Alamnya sejuk menenangkan..
Tapi mereka juga hidup bersama televisi beserta paketan infotainment-nya
Mereka juga hidup dengan lagu-lagu alay, lagu ajeb-ajeb,
Dan lagu-lagu picisan patah hati
Mereka juga diajari cara bicara, cara berpakaian, oleh sinetron-sinetron murahan..
Mereka diajari  standar hidup kota dengan pola pikir udik mereka
Mungkin kamu pernah melihat produknya
: Anak-anak alay sok gaul di kampung
Sudahlah,
Mata kita terlalu mulia untuk terbuai oleh berita-berita sampah itu
Telinga kita terlalu mulia untuk mendengarnya apalagi mendengarkannya
Lisan kita terlalu mulia untuk membincangkannya
Otak kita terlalu mulia untuk menampungnya


Kuwaru, 15 Juli 2010
*tulisan ini adalah buah inspirasi dari kata-kata Almarhum Sang Murobbi, KH.  Rahmat Abdullah.. Suatu saat beliau ditanya tentang berita penyanyi dangdut yang goyangannya mengguncang bumi Indonesia. Beliau hanya menjawab "lisan kita terlalu mulia untuk membicarakannya.."


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Drama Bahasa Inggris untuk 4 Orang dan Terjemahannya

Pidato Pelepasan Jabatan Ketua Osis -I'm done